Putrane wong santri kudu tansah lunga ngaji
Tansah lunga ngaji angudi ilmune Gusti
Putra santri-putra santri, putra ulama
Mangga para sepuh iki jamane wis tuwo
Mila para sepuh angudi ilmu agama
Para sepuh-para sepuh pepunden kawula
Lagu itu kerap terngiang-ngiang di kepala. Salah satu lagu, tepatnya tembang yang dinyanyikan untuk mengiringi kesenian tradisional Kubro Siswo. Seni budaya bercorak Islam yang saat ini masih lestari pada beberapa daerah di Jawa Tengah.
“Sebuah kesenian yang menceritakan perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pengalaman kecil ini ikut memberi suntikan motivasi bagi saya tentang pentingnya sejarah dan ikut terlibat dalam menorehkan sejarah melalui perjuangan dan peran terbaik bagi bangsa,” kata Shokheh, sejarawan muda semarang.
Kecintaannya pada sejarah memang sudah muncul sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Kisah-kisah sejarah leluhur yang dikemas dalam drama radio nyaris selalu didengarkan dan tidak boleh ketinggalan. Seperti Sandiwara Saur sepuh, dengan lakon utama Brama Kumbara Raja Madangkara.
Drama radio Saur Sepuh yang ditulis oleh Niki Kosasih dan diproduksi pada tahun 1984 tersiar di stasiun radio tempat tinggalnya, Magelang. Cerita drama radio ini sangat menarik, drama perebutan kerajaan dengan intrik keluarga yang ada di dalamnya. Kombinasi fiksi dan sejarah dikemas secara apik sehingga menjadikan pendengarnya tidak bosan-bosannya selalu mengikuti alur ceritanya.
“Saat drama tersebut diputar saya selalu bawa radio itu kemana-mana sambil bermain Mas, inilah kisah awal yang membekas sampai saat ini sehingga memunculkan minat mengkaji sejarah,” kenang doktor sejarah dari Universiti Teknologi Malaysia ini.
Kuliahnya di sana, dijalani secara nekat saja. Nekat kuliah S3 di Malaysia tanpa beasiswa pemerintah. Kabar baiknya, beragam kemudahan didapatkan. Diantaranya, kemudahan dengan adanya support funding dari Pusat Islam dan International Doctoral Fellowship Universiti Teknologi Malaysia sampai semester 6, bantuan beasiswa dari kampus Unnes pada semester 7 dan 8, serta dukungan dana dari International Educational Scientific, and Cultural Organization (IESCO) di akhir kuliah.
Untuk biaya hidup, memang masih harus mencari sendiri. Diantaranya dengan bekerja sebagai konsultan riset, berbisnis buku dan herbal yang melayani jual beli antar negara, serta mendirikan PT yang memfasilitasi pariwisata pendidikan dari Indonesia ke tiga negara (Malaysia, Singapura, dan Thailand) begitu juga sebaliknya.
“Di Malaysia saya sempat membuka jasa terapi pijat (khusus pria). Pelanggannya kebanyakan adalah teman-teman dan dosen. Semua itu saya jalani dengan senang, semangat dan kerja keras,” ujar sejarawan yang produktif menulis ini.
Selama menempuh pendidikan, prestasinya sudah menonjol. Menjadi juara saat SMA, berlanjut saat jadi mahasiswa pada program studi sejarah, FIS Universitas Negeri Semarang menjadi wisudawan dengan IPK tertinggi di Fakultas, yaitu 3,49 pada tahun 2003. Pada tahun 2007 melanjutkan studi Master di Program Studi Ilmu Sejarah, FIB Universitas Gadjah Mada dan berhasil lulus dengan IPK 3,78 sekaligus menjadi lulusan terbaik tingkat Fakultas pada waktu itu. Dan terakhir saat mengambil studi Doctoral di UTM Malaysia berhasil mempertahankan disertasi dengan hasil B1 (sangat baik dengan minor correction) dan IPK 4.00.
Dalam bidang keorganisasian, kiprah Shokheh mulai dirintis di kampus dengan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan, Sekjend Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas, Departemen Kajian Strategis Kammi Komisariat, Sekjend Kammi Daerah, dan puncaknya sebagai Ketua Kammi Daerah Semarang tahun 2003-2004. Paradigma organisasi yang dikembangkannya adalah senantiasa memadukan antara aktivisme dengan intelektualitas. Sehingga dalam aktivisme yang digelutinya sejak mahasiswa tidak lepas dari gerakan-gerakan intelektual.
Sebagai aktivis alumni gerakan mahasiswa muslim yang lahir di era reformasi, sosok yang juga aktif sebagai konsultan di beberapa lembaga ini berpandangan, idealnya KAMMI dan alumni berperan mengisi kekosongan narasi dan implementasi terkait dengan produksi sosok negarawan, dalam hal ini muslim negarawan. Muslim negarawan yang mampu menjadi suluh, membimbing generasi muda dan bangsa ini untuk menuju kegemilangan. Alumni KAMMI juga seyogyanya terus beraktualisasi memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa, melalui berbagai proyek kolaboratifnya. Dengan demikian, alumni KAMMI bersama elemen yang lain siap dalam menorehkan kembali tinta emas bagi kejayaan bangsa.
Lalu, apa mimpinya sekarang? Pemilik channel Youtube Mukhamad Shokheh ini sedang merawat dan terus menyemaikan ide-ide kemajuan melalui tulisan, merawat ingatan sejarah masyarakat.
“Kini saya fokus membumikan sejarah, membangun kesadaran dan kesiapsiagaan sejarah bagi masyarakat dan pemerintah. Yang tidak kalah penting membuat sejarah baru bagi umat Islam Indonesia sebagai bangsa dengan tingkat peradaban unggul,” pungkasnya dengan penuh optimistis. []
(Yons Achmad/Alumnikammi.org).
“Beliau (Nana Sudiana) adalah aktivis filantropi yang berkecimpung dalam dunia pengelolaan zakat selama lebih dari 20 tahun, selamat untuk Anda dan terus berkarya untuk... Read More
Di Senayan, suaranya cukup kencang. Dialah H. Johan Rosihan, S.T atau yang akrab disapa dengan panggilan Bang Johan. Lahir di Sumbawa, 29 Oktober 1972.... Read More
Jalan panjang harus dimulai dari langkah pertama… Kata-kata itu terus digaungkannya. Sejak mahasiswa prestasinya cukup menonjol, dialah Nuryanti Tadjudin, sosok alumni KAMMI yang menjadi... Read More
KAMMI merah. Itu julukan yang disematkan oleh beberapa kawan. Ya, KAMMI Semarang dikenal dengan penampilan lewat jaket merah khasnya. Hanya, tak hanya dikenal... Read More
Wahai manusia.. Jangan engkau tertipu daya Oleh dunia yang fana Sebagai tempat ujian bagi kita Dunia sementara Akhirat selama-lamanya Sebuah lagu yang dinyanyikan... Read More
No comment for Sosok (5) Mukhamad Shokheh, MA. PhD Sejarawan Muda Semarang