Suryadi Jaya Purnama (SJP), kini adalah Ketua Pimpinan Nasional Keluarga Alumni KAMMI (KAKAMMI). Kiprahnya cukup banyak. Berikut adalah salah satu petikan kepirahnya dalam buku biografi berjudul “Suryadi Jaya Purnama: Berkhidmat Tiada Henti” karya Yons Achmad yang terbit tepat di ulang tahunnya 25 Februari 2025.
Layaknya seseorang yang punya kiprah dalam bidang tertentu, tentu diawali dengan aktivitas yang intens dilakukan sebelumnya. Beragam kiprah politik, pendidikan dan sosial juga diawali kalau tidak dengan aktivitas yang berarti, juga diawali dengan ketertarikan sebelumnya.
“Saya mengalami zaman di mana Soeharto masih berkuasa, era Orde baru masih berjaya. Era sebelum reformasi itulah saya digembleng oleh para senior untuk aktif di dalam gerakan kemahasiswaan, mulai dari Senat, gerakan mahasiswa ekstra kampus, sampai duduk menjadi aktivis partai politik,” kata SJP mengawali cerita.
Dikisahkan, masa Orde Baru adalah masa-masa yang penuh dengan pengekangan. Tak boleh ada suara lain selain suara kekuasaan (penguasa). Soerharto dengan kroni-kroninya begitu mencengkeram kuat-kuat rakyat. Tak bisa bergerak. Semua keputusan dan kebijakan datang dari pemerintahan otoriter Soeharto. Hanya saja, semua ada masanya. Setiap cerita ada akhirnya. Begitu juga kekuasaan Soeharto. Akhirnya tumbang di tahun 1998.
“Saat itu, tahun 1998, saya jadi Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) NTB, sebuah gerakan perlawanan dari masjid kampus,” ujar SJP. Organisasi itu yang kemudian menjadikan dirinya sesuatu di kemudian hari.
Pasca KAMMI, tahun 1999 setelah Soeharto tumbang, beragam saluran politik terbuka. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Lantas, bergabung dengan partai politik, Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Banyak hal yang telah dilalui dalam kiprahnya di PKS ini.
Ia kemudian, menduduki jabatan anggota DPRD provinsi NTB dua periode. Lantas, berhasi menjadi anggota DPR-RI.
Sebagai, anggota DPR RI Fraksi PKS Suryadi Jaya Purnama (SJP), penah mendapatkan penghargaan bergengsi sebagai “Making News Person”, dalam ajang Teropong Parlemen Award 2023.
Penghargaan ini diberikan untuk mengakui peran pentingnya dalam menciptakan berita yang relevan dan berdampak dalam dunia politik.
Seperti dikabarkan, Suryadi adalah seorang politisi yang berdedikasi dan progresif. Ia terkenal karena kepemimpinannya yang tegas dan kemampuannya untuk mempengaruhi pembuatan keputusan yang penting.
Dalam perannya sebagai anggota DPR, Suryadi Jaya Purnama telah berhasil menciptakan perubahan nyata dan memicu perdebatan yang bermanfaat di dalam arena politik.
Melalui ketajaman analisis dan pemahamannya yang mendalam tentang isu-isu politik yang kompleks, Suryadi telah membawa sorotan kepada isu-isu yang penting dan belum mendapatkan perhatian yang cukup di media.
Ia tidak hanya memperhatikan kepentingan partai atau kelompok tertentu, tetapi juga berkomitmen untuk mewakili suara dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.
Penghargaan “Making News Person” yang diterima oleh Suryadi adalah bentuk pengakuan atas kontribusinya yang berarti dalam menciptakan berita yang mempengaruhi pembahasan kebijakan dan arah politik.
Kemampuannya untuk menyoroti isu-isu yang relevan dan menggali informasi yang mendalam telah membantu meningkatkan kesadaran publik dan memberikan perspektif yang berbeda dalam diskusi politik.
Suryadi diharapkan dapat terus mengambil peran yang penting dalam menghasilkan berita yang berarti dan memengaruhi keputusan politik yang dibuat. Penghargaan ini memberikan dorongan baginya untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi yang berharga dalam dunia politik.
Suryadi adalah contoh nyata bahwa kehadiran pemimpin yang berpikiran terbuka dan mampu menciptakan berita yang relevan dapat mempengaruhi dan membentuk narasi politik.
“Pentingnya memiliki anggota DPR yang berdedikasi dalam mewujudkan demokrasi yang transparan dan berdampak positif bagi masyarakat,” katanya
Di tengah kesibukannya. Kabar baik datang.
Suryadi Jaya Purnama atau biasa dipanggil SJP memperoleh kado istimewa di beberapa waktu silam. Melalui jadwal wisuda Pascasarjana di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia sekaligus diterima proposal riset doktoralnya tentang dinamika dan pasang surut Investasi untuk pembangunan IKN Nusantara.
Seperti diketahui, SJP dikenal ramah dan tidak pelit informasi ini telah menjadi sumber utama kalangan media terkait dinamika pemindahan Ibukota Negara (IKN). Di mana tema ini termasuk menjadi spektrum perhatian masyarakat terutama pada debat calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu 2024 ini.
SJP mengatakan, Indonesia beserta negara-negara di seluruh dunia telah memasuki Era Perkotaan (Urban Age). Berdasarkan data BPS, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal dan menetap di kawasan perkotaan bahkan diperkirakan pada tahun 2045 mencapai 82 persen.
Perkembangan kota-kota di Indonesia dihadapkan dengan tantangan global dengan peningkatan konektivitas kota-kota di dunia ditandai dengan aliran sumberdaya dan informasi yang semakin terbuka dan lintas batas.
Sebagai putra daerah asli Lenek Lombok ini, berbagai gagasan ideal tentang penataan kota dan lingkungan masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik sudah menjadi santapan rutinnya terutama setelah terpilih menjadi anggota DPR RI dengan tupoksi Infrastrukur dan Perhubungan.
Ulasannya yang mudah dipahami publik semakin meningkat bobot ilmiahnya ketika SJP menjadikan dialektika seputar pemindahan IKN yang dialaminya dalam peran legislatif untuk diartikulasikan sebagai Riset Ilmiah di Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI. Dalam penelitiannya, Suryadi menganalisa perilaku pelaku usaha di Jakarta berikut minatnya untuk berinvestasi di IKN Nusantara.
Metode yang diplih adalah analisa jalur (path analysis) teknik regresi linier berganda melalui pengolahan data berbasis SPSS yang merupakan kependekan dari Statistical Package for the Social Sciences jenis SPSS yang merupakan analisis statistika tingkat lanjut, analisis data dengan algoritma machine learning, analisis string, serta analisis big data yang dapat diintegrasikan untuk membangun platform data analisis.
“Selain itu membandingkan hasil SPSS tersebut dengan model Partial Least Square (PLS). Pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan konsistensi hasil bahwa faktor politik, ekonomi, lingkungan juga faktor kepercayaan memiliki hubungan yang sesuai dan signifikan terhadap minat investasi di Ibu Kota Negara Nusantara.” Ujar SJP.
Sementara faktor kebijakan pemerintah dan faktor sosial tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap minat investasi di Ibu Kota Negara Nusantara. Faktor politik, kebijakan pemerintah, sosial, ekonomi, dan lingkungan memiliki memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kepercayaan.
SJP menjelaskan, melalui penyebaran kuesioner diperoleh total responden penelitian ini adalah 409 dengan komposisi paling banyak adalah laki-laki yaitu terdapat 273 orang (57,9%). Sebagian besar responden ada dalam rentang usia sekitar 31 – 40 tahun yakni terdapat 140 orang (34,2%).
Pendidikan terakhir yang dimiliki responden adalah pendidikan tinggi yaitu teradapat 246 orang (60,1%). Sebagian besar termasuk usaha kecil sebanyak 180 orang (44,0%) dan jenis usaha properti yaitu sebanyak 98 orang (24,0%).
Temuan penelitian menunjukkan sebanyak 53% tidak berminat (tidak setuju dan sangat tidak setuju) untuk berinvestasi di IKN Nusantara, sementara 47% berminat (sangat setuju dan setuju) dengan menyatakan setuju/sangat setuju untuk berinvestasi di sana.
Kesimpuan penelitian yang akan diperdalam lebih lanjut melalui studi doktoral SJP ini menegaskan diperlukannya langkah-langkah yang meningkatkan Kepercayaan publik, karena berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini ia dipengaruhi oleh persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor lingkungan.
“Konsekuensi dari kepercayaan publik yang meningkat maka minat investasi di IKN semakin meningkat. Berikutnya adalah memastikan kondisi politik, ekonomi, lingkungan yang semakin baik, maka minat investasi di IKN Nusantara akan cenderung semakin tinggi.” katanya.
Lantas, apa kabar tentang IKN sekarang?
“Setiap periode punya ambisi masing-masing. Jokowi punya ambisi dirikan IKN. Masalahnya, sekarang mau dilanjutkan atau tidak tergantung Prabowo. Tapi saya kira, dari pada mangkrak, tentu perlu diselesaikan walau pelan-pelan,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam pendidikan, bersama istrinya mendirikan yayasan pendidikan yang menaungi sekolah mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Yayasan Pengembangan Swadaya Umat Asyamil, ini payungnya. Diantaranya adalah Sekolah Cahaya Bangsa dan Institut Teknologi Lombok.
“Sekolah Cahaya Bangsa Lombok didirikan atas pertimbangan kelayakan anak-anak di Lombok dan di luar Lombok mendapatkan pendidikan berkualitas, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengenyam ragam program pendidikan berkualitas, baik nasional maupun internasional, dengan tanpa kehilangan kekuatan Islam sebagai ciri utama,” kisahnya.
Begitu juga Institut Teknologi Lombok.
Lembaga ini didirikan jauh dari kota. Biasanya, lembaga-lembaga pendidikan, didirikan di kota-kota besar. Sementara, kota secara ekonomi dan sosial lebih maju.
Singkat kata, orang kota biasanya kaya dan pintar. Sementara, orang-orang kampung, sudah miskin bodoh pula. Sementara, lembaga pendidikannya ada di kota. Akhirnya, orang miskin dan bodoh ini, ketika ingin bersekolah harus membayar mahal. Pergi ke kota, basar kost juga biaya hidup. Sementara, orang kota ingin belajar, sekolah ada di samping rumahnya. Enak sekali.
“Itu sebabnya, saya berinsiatif membuat sekolah sampai kampus di desa. Agar mereka-mereka ini punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas,” paparnya.
Itu salah satu pikirannya kenapa memilih mendirikan lembaga pendidikan di lereng Gunung Rinjani.
“Saya percaya, isu masa depan ditentukan oleh pangan dan energi. Itu sebabnya, di Institut Teknologi Lombok kita membuka jurusan Teknologi Pangan, begitu juga Rekayasa Hayati,” ungkapnya.
Terkait dengan Lembaga Pendidikan baik Sekolah Cahaya Bangsa maupun Institut Teknologi Lombok, ada beberapa yang ditekankan sesuai misi yang dikembangkannya. Diantaranya:
Pertama, kompetensi. Dalam artian, baik Sekolah Cahaya Bangsa maupun Kampus Institut Teknologi Lombok sangat menekankan kompetensi berdasarkan prestasi akademik. Dengan dimulai dari perekrutan dosen yang harus betul-betul punya kompetensi tak sekadar ijazah semata (baik lulusan dalam maupun luar negeri). Dengan seleksi ketat. Baik sejak perekrutan sampai perkuliahan dengan sistem yang ketat pula. Harapannya, kelak, anak-anak didik betul-betul bisa menguasai materi dengan baik.
Kedua, entrepreneur. Lembaga pendidikan itu juga dalam rangka membangun semangat kemandirian, agar sejak bangku sekolah, kuliah anak-anak sudah disiapkan jiwa kemandirian agar tidak banyak tergantung pada orang lain. Selain mereka siap untuk bekerja, yang lebih penting adalah justru mereka nantinya bisa menciptakan dan menyediakan lapangan kerja sendiri. Artinya, tidak hanya untuk dirinya, akan tetapi juga untuk orang lain. Khusus Institut Teknologi Lombok, sangat ditekankan bahwa setiap mahasiswa harus punya produk sesuai dengan jurusan masing-masing. Misalnya sudah menghasilkan mulai dari bumbu-bumbu pangan sampai pembuatan produk mobil listrik. Di sini, tak hanya diajarkan teori, akan tetapi harus juga bisa menghasilkan produk-produk solusi bagi masyarakat sekitar.
Ketiga, kharakter. Di perguruan tinggu pada umumnya, soal akhlak, kharakter ini tidak terlalu diperhatikan. Tapi, di lembaga pendidikan yang didirikan, sangat ditekankan masalah ini. Di sini, pembinaan kharakter merupakan bagian dari materi perkuliahan. Jangan sampai mereka pintar tapi lemah dan kurang dalam soal akhlak, kharakter maupun moralitasnya.
Keempat, wawasan global. Sejak sekolah, sudah ada program edutrip, perjalanan ke luar negeri. Paling tidak sekali ketika mereka sekolah. Ketika kuliah, selain edutrip juga terbiasa, dibiasakan akrab dengan jurnal-jurnal berbahasa Inggris sekaligus menulis laporan dan presentasi dalam Bahasa Inggris. Di sini, mahasiswa tidak akan bisa lulus sebelum aktif menguasai Bahasa Inggris. Sehingga dengan menjamin keempat hal ini, diharapkan lembaga pendidikan ini berkualitas walaupun berada di daerah lereng Gunung Rinjani.
Itulah, kiprahnya terkait dengan dunia Pendidikan.
Sementara, dibidang sosial, SJP aktif dalam perkumpulan organisasi Kopi dan aktif di Majelis Adat Sasak begitu juga Komunitas Pecinta Keris. Sementara, hobinya mengalir.
“Saya hobinya mengalir, mau naik gunung ayuk, atau misalnya ada TNI atau tentara latihan menembak saya ikut saja. Itung-itung sebagai pergaulan,” katanya meyakinkan pentingnya jaringan.